Pages

Senin, 26 Desember 2011

INVESTIGASI CBDRM DI RW. 4 KOMPLEK PONDOK BAHAR

PENULIS : Anggota Muda kmplhk Ranita Uin Jakarta 2008
Mantap Disaster Management


ALUR SEJARAH
Banjir yang terjadi di kawasan RW. 4 telah menjadi suatu rutinitas tahunan. Komplek Pondok Bahar mulai dibangun pada tahun 1982, yang sebelumnya merupakan lahan perasawahan (daerah resapan air). Sedangkan RW. 4 baru mulai dibangun tahun 1987, namun selama 3 bulan pembangunan listrik belum dapat masuk ke perumahan tersebut. Banjir terjadi sejak komplek tersebut didirikan karena keadaan wilayah komplek yang dikelilingi kali. Selain itu juga dataran komplek lebih rendah bila dibandingkan dengan ketinggian air kali sehingga sangat rentan akan ancaman banjir.
Tanggul sendiri sudah dibangun sebelum komplek tersebut didirikan karena memang kali tersebut digunakan sebagai irigasi bagi sawah sekitar kali. Mulanya tanggul hanya sebatas gundukan tanah, tetapi sekarang sudah direnovasi dengan menggunakan beton, hal tersebut dilkukan seiring dengan didirikannya komplek Pondok Bahar.
Banjir setiap tahunya selalu terjadi tetapi warga tidak terlalu khawatir karena banjir tahunan sudah menjadi rutinitas dan hal biasa, ketinggiannya pun hanya ±30 cm dan terjadi sesaat. Namun yang dikhawatirkan warga adalah banjir besar 5 tahunan yang terjadi sejak 1993, saat itu ketinggian mencapai ±1 meter. Banjir kembali terjadi 1997, 2002, dan terakhir tahun 2007. Banjir 5 tahunan semakin lama semakin mengkhawatirkan karena ketinggiannya semakin tinggi dari setiap periode. Banjir 5 tahunan terakhir (2007) ketinggian banjir mencapai 2 meter dengan waktu genang air yang lama, sekitar 2 minggu dan datang kembali seminggu kemudian dengan lama genang 1 minggu. Penyebab utama terjadi banjir besar sebenarnya adalah karena jebolnya tanggul, penyebab lainnya ialah karena kiriman air dari Bogor dan tingginya curah hujan di Jakarta. Tanggul pertama kali jebol saat banjir tahun 2002, dikarenakan arus sungai yang terlalu deras dan kurang kokohnya kontruksi tanggul. Lalu tanggul diperbaiki secara swadaya oleh masyarakat, tetapi pada banjir tahun 2007 tanggul kembali jebol. Saat ini tanggul yang jebol sudah diperbaiki dengan bantuan biaya dari pemerintah daerah melalui dinas PU.
Setelah banjir yang cukup parah tahun 2007, pemerintah akhirnya memberikan bantuan berupa pompa air dan pintu air sebagai alat pembuangan air untuk meminimalisir banjir. Pompa yang diberikan sebanyak 4 buah  yaitu masing-masing berada di RW 3, RW 4, RW 6, dan RW 7. Di RW 6 sendiri sudah memiliki pompa air sehingga saat ini RW 6 memiliki 2 buah pompa air.
Pintu air awalnya adalah tanggul yang jebol kemudian dibuat pintu air. Pintu air sempat mengalami perbaikan yang dilakukan secara swadaya karena kontruksinya yang kurang bagus. Pintu air berfungsi sebagai pembuangan air dari komplek ke kali, tetapi saat banjir pintu air sebenarnya tidak begitu berfungsi, jadi saat musim hujan pintu air tersebut ditutup.  Untuk mengantisipasi banjir warga juga mempertinggi jalan dengan menguruk jalan menggunakan batu koral. Rencananya jalan tersebut akan dibuat paving blok.
Pada banjir besar tahun 2007 sempat memakan korban jiwa yang disebabkan oleh arus listrik yang menyambar melalui air. Pada tahun 2007 tanggul yang berada di RW. 4 (dekat Posyandu) meminta perbaikan tanggul kepada Dinas Pekerjaan Umum Tangerang. Pada tahun 2008 ada perbaikan tanggul Kelurahan Pondok Bahar yang terdapat pada 4 titik tanggul.
Daerah Pondok Bahar memiliki kualitas air bersih yang sangat buruk karena dahulunya tempat tersebut merupakan daerah resapan air yang berupa sawah. Namun sekarang resapan itu semakin lama semakin menyempit, yang pada akhirnya daerah tersebut hanya mengandalkan Kali Angke sebagai wadah peresapan (penampung air) dan sedikit dari danau yang terletak di depan komplek. Sehingga mayoritas warga setempat menggunakan air langganan dari PAM sebagai konsumsi sehari-hari. Namun PAM sendiri terkadang mengalami hambatan yang terjadi pada pusat, misalnya PAM tidak hidup diwaktu-waktu tertentu.
Hujan yang terus-terusan turun yang semakin lama menggenani pemukiman RW. 4 semakin mengkhawaitrkan warga setempat, hal tersebut diperparah lagi dengan ketinggian air kali yang lebih tinggi dibanding dengan pemukiman warga sehingga warga menganggap perlu diadakan pompa pembuang air di pemukiman tersebut. Kemudian warga setempat membuat sebuah pengajuan untuk mendapatkan pompa pembuang air kepada pihak pemerintah. Adapun langkah-langkah (alur) pengajuan tersebut ialah: Pengajuan Pompa (proposal) yang dibuat warga → Ketua RW → Kelurahan → Kecamatan  → Pemerintah Daerah → Pemerintah Daerah survey → penanganan terhadap pengajuan (skala prioritas). Biaya yang dikeluarkan Pemerintah setempat untuk memperbaiki tanggul sebesar Rp. 825.000.000,-. Sebelum adanya bantuan dari Pemerintah, warga memperbaiki tanggul dengan swadaya dengan cara kerja bakti yang diinfokan melalui mushola.
Pada saat banjir yang terjadi di RW. 4 mengamankan dirinya di rumah yang berlantai 2 atau mengungsikan diri di daerah yang lebih aman (Kelurahan Gondrong). Pada hujan 2007 RW. 4 sempat terisolasi karena kurangnya persiapan dan sulitnya bantuan dari luar untuk masuk ke kawasan RW. 4. Hal tersebut terjadi karena TIM SAR tidak berani masuk kawasan tersebut akibat dari arus yang sangat deras yang melanda kawasan tersebut. Sehingga posko RW. 4 terpusat di rumah Pak RW dengan mendirikan dapur umum. Pada pra/pas/pasca bencana bantuan dari pemerintah dirasa warga sangat minim, kebanyakan bantuan berasal dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan sejenisnya. Tim SAR yang bertugas ketika banjir datang berasala dari BASARNAS dan KORAWIL. Banjir selalu terjadi setiap tahunnya pada kawasan RW. 4 setinggi 30 – 40 cm dengan bulan banjir sekitar Januari – Februari.
Saat memasuki musim penghujan, biasanya warga sudah menyiapkan logistic lebih untuk persiapan saat banjir datang. Selain itu, ternyata Pak Supardi sendiri sudah mempunyai link dengan penjaga pintu air Katulampa di Bogor. Jadi saat pintu air di Katulampa dibuka segera di informasikan ke Pak Supardi kemudian Pak Supardi menginformasikan ke  ketua RT dan disosialisaskan ke warga sekitar untuk bersiap-siap. Lamanya kiriman air dari Bogor sampai ke Pondok Bahar membutuhkan waktu 6 jam, selama 6 jam tersebut warga biasanya berjaga-jaga menunggu air datang. Jika ketinggian air sudah cukup tinggi barulah warga bersiap-siap, seperti mengangkat barang-barang ke tempat yang aman.
Rumah warga di RW 4 sendiri kebanyakan sudah berlantai dua, jadi saat banjir datang mereka dapat berlindung di tempat yang lebih tinggi, sedang yang rumahnya belum berlantai 2 biasanya mengungsi ke rumah tetangga atau saudara.
Warga sebenarnya tidak terlalu tergantung pada sumbangan karena secara ekonomi sudah dapat dikatakan mampu. Selain itu juga sudah ada persiapn yang cukup memadai. Bantuan datang dari Pemda, LSM, Partai, dan lembaga keagamaan. Bantuan biasanya berbentuk makanan, obat-obatan, dan perahu untuk evakuasi. Sumbangan diurus oleh pengurus dari RT dan sukarelawan. Adapun posko bantuan berada di kelurahan.
Selama banjir, aktifitas warga menjadi terganggu seperti kerja dan sekolah terpaksa libur. Setelah banjir surut, barulah warga membersihkan rumah masing-masing, setelah itu barulah bergotong royong membersihkan sarana umum.




TABEL ALUR SEJARAH KOMPLEK PONDOK BAHAR
TAHUN
KONDISI
1982
Mulai dibangun Komplek Pondok Bahar, tetapi baru bagian depan yaitu RW. 3 dan RW. 7
1987
Daerah RW. 4 mulai dibangun, listrik masuk RW. 4 setelah 3 bulan pembangunan perumahan selesai
1993
Banjir besar 5 tahunan pertama terjadi, kedalaman mencapai ±1 meter
1996
Jalan mulai dipasang pavingblok secara swadaya oleh masyarakat
1997
Banjir besar 5 tahunan terjadi untuk yang kedua kalinya, kedalaman ±1 meter
2002
Banjir besar 5 tahunan ketiga, kedalaman ±1½ meter. Banjir lebih parah disebabkan oleh jebolnya tanggul
2007
Banjir besar 5 tahunan keempat. Banjir yang terjadi merupakan yang terparah, kedalaman ±2 meter
2008
Pemerintah Daerah memberikan pompa pembuangan air sebanyak 4 pompa kepada Komplek Pondok Bahar. Jalan mulai diurug untuk mengimbangi ketinggian air pada kali
2009
Perbaikan tanggul yang rapuh

TABEL KAPASITAS DAN KERENTANAN RW. 4
Jumlah KK
Bangunan
(Infrastruktur)
Ketersediaan Sarana/Jaringan (Link)
Pengetahuan/ Mengenal Lokasi
Pekerjaan

L
P
A
M
· Jumlah KK:138 KK
· L:218 jiwa
· P:266 jiwa
· A:111 jiwa
· M:8 jiwa   
· Perumahan rata-rata berlantai 2
· Tanggul 
·  Pompa Air : 5 Buah
·  Masjid
·  Posyandu
·  Jalan terbuat dengan paving blok dan diuruk dengan koral
·  Lokasi Evakuasi
·  Perahu untuk Evakuasi
·  Pusat Informasi  
·  bakorsiskom
·  Komunikasi dengan Dinas PU
·  Link Bantuan: 
·  PMI
·  ORARI
· ABRI/MARINIR
·  Pemda
·  LSM
·  Partai
·  Keagamaan 
· 40% sudah paham akan kondisi lingkungan  (ex. Relamasi Muara Angke)
·  80% masyarakat mulai waspada apabila tanggul mulai meluap.
· Persediaan ketersediaan logistic 90%  
·  Skill warga 60% (ex. Warga dapat berenang, membuat rakit)
·  Karyawan 28,69%

·  Wiraswasta 8,78 %
·  Pelajar 30,68%
·  Pengangguran 31,85%  












Keterangan:
*L:Laki-laki umur 15-70 tahun
*P : Perempuan umur 15-60 tahun
*A :Anak-anak umur 0-14 tahun
*M : Manula umur > 70 tahun

ANALISIS KAPASITAS DAN KERENTANAN RW. 4
KAPASITAS
·  Dari jumlah penduduk Rw. 4 dapat dilihat kapasitas warga cukup memungkinkan karena jumlah laki-laki usia produktif cukup banyak sehingga dapat di andalkan ketika banjir datang.
· Terdapat banyak infrastruktur yang menunjang kehidupan warga yang dapat meminimalisir dampak dari ancaman banjir, seperti tanggul, pompa air, rumah yang berlantai 2, jalan yang sudah paving blok.
·  Sosialisasi masyarakat dari warga, ketua Rt, maupun ketua Rw yang cukup baik ketika adanya informasi akan datangnya banjir, sehingga ada kesiap-siagaan warga sebelum datangnya banjir.
· Ketersediaan logistic yang cukup ketika terjadi banjir karena warga setiap datangn musim hujan sudah melebihkan logistic khususnya makanan untuk persiapan saat banjir tiba.
·  Perekonomian warga sebagian besar sudah pada taraf mampu, sehingga tidak terlalu kesulitan akan kurangnya sumbangan saat banjir.
·  Skill & Pengetahuan masyarakat cukup akan kondisi lingkungan yang rentan akan ancaman banjir.
·  Finsial warga yang cukup
·  Adanya link dengan beberapa pusat informasi baik penjaga pintu air maupun tim SAR dan Pemda setempat.
· Kemandirian warga dalam menghadapi banjir karena warga sudah terbiasa dengan datangnya banjir yang menjadi rutinitas tahunan.    

KERENTANAN
· Beberapa infrastuktur tsb tidak dibangun sesuai dengan standarisasi semestinya sehingga kontruksinya kurang bagus seperti tanggul yang kurang kuat akibatnya banjir kerap kali terjadi ketika tanggul jebol oleh arus sungai yang sangat deras.
·  Kurangnya sosialisasi instansi dengan masyarakat.
· Kadatangan  bantuan yang kurang cepat, karena arus banjir di kawasan Rw. 4 yang cukup derassehingga menyulitkan evakuasi.
·  Ada beberapa rumah warga tidak berlantai 2, biasanya mereka mengungsi ke rumah tetengga atau saudara di tempat yang lebih tinggi.
· Kepadatan pemukiman warga sehingga mengakibatkan daerah resapan air berkurang.
· Kurangnya jumlah PAM sehingga ketersediaan air bersih kurang saat banjir terjadi.

KESIMPULAN
Kawasan Rw. 4 komplek Pondok Bahar memang sangat rentan akan ancaman banjir karena dilihat dari geografisnya, kawasan Rw. 4 memang dikelilingi sungai yang lebih tinggi dari dataran komplek itu sendiri. Tanggul yang rawan jebol pun menjadi ancaman yang memperparah kapasitas banjir di kawasan tersebut. Karena banjir sudah menjadi rutinitas tahunan, warga tidak terlalu khawatir jika musim penghijan datang. Mereka juga sudah memiliki kapasitas dan kemandirian yang dapat meminimalisir dampak banjir.

Tidak ada komentar: