PENULIS : Anggota
Muda kmplhk Ranita Uin Jakarta 2008
Mantap
Disaster Management
ALUR SEJARAH
Banjir
yang terjadi di kawasan RW. 4 telah menjadi suatu rutinitas tahunan. Komplek
Pondok Bahar mulai dibangun pada tahun 1982, yang sebelumnya merupakan lahan
perasawahan (daerah resapan air). Sedangkan RW. 4 baru mulai dibangun tahun
1987, namun selama 3 bulan pembangunan listrik belum dapat masuk ke perumahan
tersebut. Banjir terjadi sejak komplek tersebut didirikan karena keadaan
wilayah komplek yang dikelilingi kali. Selain itu juga dataran komplek lebih
rendah bila dibandingkan dengan ketinggian air kali sehingga sangat rentan akan
ancaman banjir.
Tanggul
sendiri sudah dibangun sebelum komplek tersebut didirikan karena memang kali
tersebut digunakan sebagai irigasi bagi sawah sekitar kali. Mulanya tanggul
hanya sebatas gundukan tanah, tetapi sekarang sudah direnovasi dengan
menggunakan beton, hal tersebut dilkukan seiring dengan didirikannya komplek
Pondok Bahar.
Banjir
setiap tahunya selalu terjadi tetapi warga tidak terlalu khawatir karena banjir
tahunan sudah menjadi rutinitas dan hal biasa, ketinggiannya pun hanya ±30 cm
dan terjadi sesaat. Namun yang dikhawatirkan warga adalah banjir besar 5
tahunan yang terjadi sejak 1993, saat itu ketinggian mencapai ±1 meter. Banjir
kembali terjadi 1997, 2002, dan terakhir tahun 2007. Banjir 5 tahunan semakin
lama semakin mengkhawatirkan karena ketinggiannya semakin tinggi dari setiap
periode. Banjir 5 tahunan terakhir (2007) ketinggian banjir mencapai 2 meter
dengan waktu genang air yang lama, sekitar 2 minggu dan datang kembali seminggu
kemudian dengan lama genang 1 minggu. Penyebab utama terjadi banjir besar
sebenarnya adalah karena jebolnya tanggul, penyebab lainnya ialah karena
kiriman air dari Bogor dan tingginya curah hujan di Jakarta. Tanggul pertama
kali jebol saat banjir tahun 2002, dikarenakan arus sungai yang terlalu deras
dan kurang kokohnya kontruksi tanggul. Lalu tanggul diperbaiki secara swadaya
oleh masyarakat, tetapi pada banjir tahun 2007 tanggul kembali jebol. Saat ini
tanggul yang jebol sudah diperbaiki dengan bantuan biaya dari pemerintah daerah
melalui dinas PU.
Setelah
banjir yang cukup parah tahun 2007, pemerintah akhirnya memberikan bantuan
berupa pompa air dan pintu air sebagai alat pembuangan air untuk meminimalisir
banjir. Pompa yang diberikan sebanyak 4 buah
yaitu masing-masing berada di RW 3, RW 4, RW 6, dan RW 7. Di RW 6
sendiri sudah memiliki pompa air sehingga saat ini RW 6 memiliki 2 buah pompa
air.
Pintu
air awalnya adalah tanggul yang jebol kemudian dibuat pintu air. Pintu air
sempat mengalami perbaikan yang dilakukan secara swadaya karena kontruksinya
yang kurang bagus. Pintu air berfungsi sebagai pembuangan air dari komplek ke
kali, tetapi saat banjir pintu air sebenarnya tidak begitu berfungsi, jadi saat
musim hujan pintu air tersebut ditutup.
Untuk mengantisipasi banjir warga juga mempertinggi jalan dengan
menguruk jalan menggunakan batu koral. Rencananya jalan tersebut akan dibuat
paving blok.
Pada
banjir besar tahun 2007 sempat memakan korban jiwa yang disebabkan oleh arus
listrik yang menyambar melalui air. Pada tahun 2007 tanggul yang berada di RW.
4 (dekat Posyandu) meminta perbaikan tanggul kepada Dinas Pekerjaan Umum
Tangerang. Pada tahun 2008 ada perbaikan tanggul Kelurahan Pondok Bahar yang
terdapat pada 4 titik tanggul.
Daerah
Pondok Bahar memiliki kualitas air bersih yang sangat buruk karena dahulunya
tempat tersebut merupakan daerah resapan air yang berupa sawah. Namun sekarang
resapan itu semakin lama semakin menyempit, yang pada akhirnya daerah tersebut
hanya mengandalkan Kali Angke sebagai wadah peresapan (penampung air) dan
sedikit dari danau yang terletak di depan komplek. Sehingga mayoritas warga
setempat menggunakan air langganan dari PAM sebagai konsumsi sehari-hari. Namun
PAM sendiri terkadang mengalami hambatan yang terjadi pada pusat, misalnya PAM
tidak hidup diwaktu-waktu tertentu.
Hujan
yang terus-terusan turun yang semakin lama menggenani pemukiman RW. 4 semakin
mengkhawaitrkan warga setempat, hal tersebut diperparah lagi dengan ketinggian
air kali yang lebih tinggi dibanding dengan pemukiman warga sehingga warga
menganggap perlu diadakan pompa pembuang air di pemukiman tersebut. Kemudian
warga setempat membuat sebuah pengajuan untuk mendapatkan pompa pembuang air
kepada pihak pemerintah. Adapun langkah-langkah (alur) pengajuan tersebut
ialah: Pengajuan Pompa (proposal) yang dibuat warga → Ketua RW → Kelurahan →
Kecamatan → Pemerintah Daerah →
Pemerintah Daerah survey → penanganan terhadap pengajuan (skala prioritas).
Biaya yang dikeluarkan Pemerintah setempat untuk memperbaiki tanggul sebesar
Rp. 825.000.000,-. Sebelum adanya bantuan dari Pemerintah, warga memperbaiki
tanggul dengan swadaya dengan cara kerja bakti yang diinfokan melalui mushola.
Pada
saat banjir yang terjadi di RW. 4 mengamankan dirinya di rumah yang berlantai 2
atau mengungsikan diri di daerah yang lebih aman (Kelurahan Gondrong). Pada
hujan 2007 RW. 4 sempat terisolasi karena kurangnya persiapan dan sulitnya
bantuan dari luar untuk masuk ke kawasan RW. 4. Hal tersebut terjadi karena TIM
SAR tidak berani masuk kawasan tersebut akibat dari arus yang sangat deras yang
melanda kawasan tersebut. Sehingga posko RW. 4 terpusat di rumah Pak RW dengan
mendirikan dapur umum. Pada pra/pas/pasca bencana bantuan dari pemerintah
dirasa warga sangat minim, kebanyakan bantuan berasal dari LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) dan sejenisnya. Tim SAR yang bertugas ketika banjir datang berasala
dari BASARNAS dan KORAWIL. Banjir selalu terjadi setiap tahunnya pada kawasan
RW. 4 setinggi 30 – 40 cm dengan bulan banjir sekitar Januari – Februari.
Saat
memasuki musim penghujan, biasanya warga sudah menyiapkan logistic lebih untuk
persiapan saat banjir datang. Selain itu, ternyata Pak Supardi sendiri sudah mempunyai
link dengan penjaga pintu air Katulampa di Bogor. Jadi saat pintu air di
Katulampa dibuka segera di informasikan ke Pak Supardi kemudian Pak Supardi
menginformasikan ke ketua RT dan
disosialisaskan ke warga sekitar untuk bersiap-siap. Lamanya kiriman air dari
Bogor sampai ke Pondok Bahar membutuhkan waktu 6 jam, selama 6 jam tersebut
warga biasanya berjaga-jaga menunggu air datang. Jika ketinggian air sudah
cukup tinggi barulah warga bersiap-siap, seperti mengangkat barang-barang ke
tempat yang aman.
Rumah
warga di RW 4 sendiri kebanyakan sudah berlantai dua, jadi saat banjir datang
mereka dapat berlindung di tempat yang lebih tinggi, sedang yang rumahnya belum
berlantai 2 biasanya mengungsi ke rumah tetangga atau saudara.
Warga
sebenarnya tidak terlalu tergantung pada sumbangan karena secara ekonomi sudah
dapat dikatakan mampu. Selain itu juga sudah ada persiapn yang cukup memadai.
Bantuan datang dari Pemda, LSM, Partai, dan lembaga keagamaan. Bantuan biasanya
berbentuk makanan, obat-obatan, dan perahu untuk evakuasi. Sumbangan diurus
oleh pengurus dari RT dan sukarelawan. Adapun posko bantuan berada di
kelurahan.
Selama
banjir, aktifitas warga menjadi terganggu seperti kerja dan sekolah terpaksa
libur. Setelah banjir surut, barulah warga membersihkan rumah masing-masing,
setelah itu barulah bergotong royong membersihkan sarana umum.
TABEL
ALUR SEJARAH KOMPLEK PONDOK BAHAR
TAHUN
|
KONDISI
|
1982
|
Mulai dibangun Komplek Pondok Bahar,
tetapi baru bagian depan yaitu RW. 3 dan RW. 7
|
1987
|
Daerah RW. 4 mulai dibangun, listrik
masuk RW. 4 setelah 3 bulan pembangunan perumahan selesai
|
1993
|
Banjir besar 5 tahunan pertama
terjadi, kedalaman mencapai ±1 meter
|
1996
|
Jalan mulai dipasang pavingblok secara
swadaya oleh masyarakat
|
1997
|
Banjir besar 5 tahunan terjadi untuk
yang kedua kalinya, kedalaman ±1 meter
|
2002
|
Banjir besar 5 tahunan ketiga,
kedalaman ±1½ meter. Banjir lebih parah disebabkan oleh jebolnya tanggul
|
2007
|
Banjir besar 5 tahunan keempat. Banjir
yang terjadi merupakan yang terparah, kedalaman ±2 meter
|
2008
|
Pemerintah Daerah memberikan pompa
pembuangan air sebanyak 4 pompa kepada Komplek Pondok Bahar. Jalan mulai
diurug untuk mengimbangi ketinggian air pada kali
|
2009
|
Perbaikan tanggul yang rapuh
|
TABEL KAPASITAS DAN
KERENTANAN RW. 4
Jumlah KK
|
Bangunan
(Infrastruktur)
|
Ketersediaan Sarana/Jaringan
(Link)
|
Pengetahuan/ Mengenal Lokasi
|
Pekerjaan
|
|
|||
L
|
P
|
A
|
M
|
|||||
· Jumlah
KK:138 KK
· L:218
jiwa
· P:266
jiwa
· A:111
jiwa
· M:8
jiwa
|
· Perumahan
rata-rata berlantai 2
· Tanggul
· Pompa Air : 5 Buah
· Masjid
· Posyandu
· Jalan terbuat dengan paving blok dan diuruk
dengan koral
|
· Lokasi Evakuasi
· Perahu untuk Evakuasi
· Pusat Informasi
· bakorsiskom
· Komunikasi dengan Dinas PU
· Link Bantuan:
· PMI
· ORARI
· ABRI/MARINIR
· Pemda
· LSM
· Partai
· Keagamaan
|
· 40%
sudah paham akan kondisi lingkungan (ex. Relamasi Muara Angke)
· 80% masyarakat mulai waspada apabila tanggul
mulai meluap.
· Persediaan
ketersediaan logistic 90%
· Skill warga 60% (ex. Warga dapat berenang,
membuat rakit)
|
· Karyawan 28,69%
· Wiraswasta 8,78 %
· Pelajar 30,68%
· Pengangguran 31,85%
|
|
|||
Keterangan:
*L:Laki-laki
umur 15-70 tahun
*P
: Perempuan umur 15-60 tahun
*A
:Anak-anak umur 0-14 tahun
*M
: Manula umur > 70 tahun
ANALISIS KAPASITAS DAN KERENTANAN RW. 4
KAPASITAS
·
Dari jumlah penduduk Rw. 4 dapat dilihat
kapasitas warga cukup memungkinkan karena jumlah laki-laki usia produktif cukup
banyak sehingga dapat di andalkan ketika banjir datang.
·
Terdapat banyak infrastruktur yang
menunjang kehidupan warga yang dapat meminimalisir dampak dari ancaman banjir,
seperti tanggul, pompa air, rumah yang berlantai 2, jalan yang sudah paving
blok.
·
Sosialisasi masyarakat dari warga, ketua Rt,
maupun ketua Rw yang cukup baik ketika adanya informasi akan datangnya banjir,
sehingga ada kesiap-siagaan warga sebelum datangnya banjir.
·
Ketersediaan logistic yang cukup ketika
terjadi banjir karena warga setiap datangn musim hujan sudah melebihkan
logistic khususnya makanan untuk persiapan saat banjir tiba.
·
Perekonomian warga sebagian besar sudah pada
taraf mampu, sehingga tidak terlalu kesulitan akan kurangnya sumbangan saat
banjir.
·
Skill & Pengetahuan masyarakat cukup akan
kondisi lingkungan yang rentan akan ancaman banjir.
·
Finsial warga yang cukup
·
Adanya link dengan beberapa pusat informasi
baik penjaga pintu air maupun tim SAR dan Pemda setempat.
· Kemandirian
warga dalam menghadapi banjir karena warga sudah terbiasa dengan datangnya
banjir yang menjadi rutinitas tahunan.
KERENTANAN
·
Beberapa infrastuktur tsb tidak dibangun
sesuai dengan standarisasi semestinya sehingga kontruksinya kurang bagus
seperti tanggul yang kurang kuat akibatnya banjir kerap kali terjadi ketika
tanggul jebol oleh arus sungai yang sangat deras.
·
Kurangnya sosialisasi instansi dengan
masyarakat.
·
Kadatangan bantuan yang kurang cepat, karena arus banjir
di kawasan Rw. 4 yang cukup derassehingga menyulitkan evakuasi.
·
Ada
beberapa rumah warga tidak berlantai 2, biasanya mereka mengungsi ke rumah
tetengga atau saudara di tempat yang lebih tinggi.
·
Kepadatan pemukiman warga sehingga mengakibatkan
daerah resapan air berkurang.
· Kurangnya
jumlah PAM sehingga ketersediaan air bersih kurang saat banjir terjadi.
KESIMPULAN
Kawasan
Rw. 4 komplek Pondok Bahar memang sangat rentan akan ancaman banjir karena
dilihat dari geografisnya, kawasan Rw. 4 memang dikelilingi sungai yang lebih
tinggi dari dataran komplek itu sendiri. Tanggul yang rawan jebol pun menjadi
ancaman yang memperparah kapasitas banjir di kawasan tersebut. Karena banjir
sudah menjadi rutinitas tahunan, warga tidak terlalu khawatir jika musim
penghijan datang. Mereka juga sudah memiliki kapasitas dan kemandirian yang
dapat meminimalisir dampak banjir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar